Ada lima diplomat dari negara ASEAN berkunjung ke Kamboja untuk
ikut menyelesaikan krisis politik di sana. Malang tak dapat ditolak, mujur tak
dapat diraih, dalam perjalanan ke luar kota Pnompenh mereka disergap Khmer
Merah, dan dibawa ke hutan. Mereka diadili dan dinyatakan bersalah dan
dihukum mati. Tapi karena Khmer Merah kali ini agak peduli dengan hak-hak
asasi manusia, para diplomat ASEAN itu tidak akan ditembak serentak, tetapi
satu demi satu harus loncat ke dalam kuali besar yang mendidih airnya.
Sebelum itu, mereka dijanjikan akan dipenuhi permintaan mereka terakhir
asalkan bukan permintaan untuk dibebaskan.
Syahdan, diplomat Thailand minta didatangkan seorang bhiksu Budha,
untuk memberinya doa penghabisan. Maka didatangkanlah seorang bhiksu
dari dusun perbatasan. Syahdan, diplomat dan Filipina minta didatangkan
seorang pastor, juga untuk doa terakhir. Maka didatangkanlah seorang romo
dari sebuah paroki di dekat Pnompenh. Sedangkan diplomat dari Malaysia
minta diberi doa oleh seorang ulama. Maka didatangkanlah seorang ulama da
kalangan jemaah masjid di Battambang.
Kemudian datang giliran diplomat dari Indonesia. Disitulah tiba-tiba ada
insiden. Sang diplomat dari Singapura berteriak. “Saya ingin mati sekarang
saja! Biar saya mati lebih dulu!”
“Lho, kenapa, Bung?” tanya anak buah Pol Pot.
“Saya ingin mati sekarang saja! Saya tidak akan tahan mendengar siapa
yang akan didatangkan rekan saya dari Indonesia! Dia pasti minta penataran P-
4!
0 komentar:
Posting Komentar